Abon Appetit: buku

Review Semester 1 dan Lahirnya Buku Gue, DEPOK FOODGASM

Wassup gengs! Apa bakar? semoga bakar baik. Di kesempatan posting kali ini gue mau sedikit berbagi tentang kehidupan perkuliahan gue. Seperti yang udah gue ceritain sebelumnya *Kalau gue gak lupa cerita* Gue sekarang kuliah di Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta, Jurusan Penerbitan, Program Studi Penerbitan. Semester 1 sudah lewat dengan lumayan mulus. Dan sekarang gue mulai memasuki semester 2.

Nah, dalam postingan kali ini gue mau cerita soal apa aja sih yang dipelajari di semester 1 dan apa hasilnya. Itung-itung buat gambaran lo juga. Kali ada yang tertarik untuk masuk ke kampus ini dan ambil program studi penerbitan. Postingan ini sekalian buat review tentang apa yang udah gue pelajari. Jadi di semester 1 kemarin total ada 9 mata kuliah. Dan akan gue review asal asalan kesembilannya. Mari kita lihat mata kuliah apa sajakah itu.

PENULISAN I

Di mata kuliah penulisan satu ini gue dapet 2 dosen dan dua kali pertemuan dalam seminggu. Setiap pertemuannya beda dosen. Di pertemuan pertama dosennya cewek. Kita kita lebih banyak belajar teori dan kalau praktek biasanya berkelompok. Di pertemuan berikutnya dosennya cowok. Anak anak banyak yang nyebut dosen ini sebagai dosen metal. Yang paling penting di setiap perkuliahan bagi dosen ini adalah dimulai dengan secangkir kopi hitam di mejanya. Untuk dosen yang ini, kita lebih banyak praktek nulis. Mulai dari nulis deskripsi, eksposisi, hingga argumentasi. Setiap pertemuan dia kita lebih sering disuruh keluar kelas untuk mencari bahan tulisan. Yang paling gue inget adalah pernah kami sekelas mantengin abang-abang salah satu kedai kopi di kantin selama kurang lebih satu jam. Si abang sempet ngerasa canggung dan bingung. Gimana gak canggung dan bingung lha wong ada 30 anak gak jajan di tempat dia tapi melototin gerak geriknya mulu. hahaha.

PPKN

Mata kuliah ini ya hampir sama kayak mata kuliah pendidikan warga negara yang lain. Di sini gue belajar mulai dari sikap anti korupsi, cinta negara, dan lain lain. Gak ada yang menarik sih buat gue. Karena gue kuliah di sini gak pengen belajar kewarganegaraan. Tapi ya gimana lagi, ini mata kuliah wajib di setiap perguruan tinggi.

B.INGGRIS

Sama seperti belajar bahasa Inggris pada umumnya. Cuma di sini lebih asyik aja cara belajarnya.

PENGANTAR KEILMUAN

Gue kurang paham sih di mata kuliah ini belajar apaan. Setiap pertemuan lo akan disuguhi belajar beberapa kutipan bahasa latin. Gue sempet mikir dosennya ini lulusan Hogwarts. Soalnya bahasa latinnya mirip mantra sihir Harry Potter. Tapi ternyata bukan. Yang jelas setiap pertemuan kuliahnya, kami dibagi jadi 6 kelompok. Ada kelompok teknologi, ekonomi, bahasa, seni, olahraga dan politik. Di kuliah ini lebih banyak diskusi dan tugas kelompok.

PENGANTAR ILMU PENERBITAN

Di mata kuliah ini lo akan belajar dasar-dasar ilmu penerbitan. Kayak sejarah penerbitan di Indonesia, sistem kerja penerbitan, lingkup kerja penerbitan, hingga royalti dan lain-lain. Di mata kuliah ini dosen suka banget sama mahasiswa yang aktif, entah itu aktif bertanya maupun menjawab. Saran gue sering sering aja deh aktifnya, kalau dia suka sama jawaban lo, udah dipastikan lo akan dapat nilai minimal B di akhir semester.

SISTEM INFORMATIKA

Di sini lo akan belajar dasar sistem informatika. Membuat flow chart hingga struktur manajemen. Terutama untuk sistem informatika yang diterapkan dalam perusahaan penerbitan dan percetakan.

BAHASA INDONESIA

Mata kuliah Bahasa Indonesia di sini bener-bener mengajarkan lo untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia berlangsung pun lo harus pakai Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Setelah semua materi yang diajarkan selesai, lo akan sering presentasi. Selain untuk menguji seberapa pemahaman lo soal materi yang telah diajarkan, hal ini juga untuk melihat sudah seberapa jauh kemampuan berbahasa Indonesia lo yang baik dan benar. Sorry ya, gue nulis soal mata kuliah ini pake bahasa gaul bukan bahasa Indonesia yang baik dan benar. hahaha

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Di mata kuliah agama islam ini gue suka banget sama dosennya. Dosennya ini asalnya dari Malang. Buat gambaran lo aja. Gaya ngomongnya dia itu mirip banget sama Dodit. Dosen ini juga lucu banget kalo ngajar. Bikin gak bosen waktu belajar. Sistem belajarnya dia itu adalah kita yang presentasi, tanya jawab sesama mahasiswa juga. Di akhir kelas baru dia kasih kesimpulan dan ngejelasin.

PENGANTAR ILMU GRAFIKA

Mata kuliah ini dosennya sama kayak mata kuliah Pengantar Ilmu Penerbitan. Yang membedakan ya tentu yang dipelajari di mata kuliahnya. Hahaha. Kalau di PIP kita lebih ke Penerbitan. Kalau di Pengantar Ilmu Grafika ini kita banyak belajar soal teknik kegrafikaan alias cetak mencetak. Di sini kita belajar mulai dari sejarah Grafika di dunia, peran grafika, sampai teknik teknik cetak dan jenis mesin cetak.

Jadi itu dia sembilan mata kuliah yang gue pelajari selama semester 1. Di semester 2 ini gue dapat banyak mata kuliah baru. Dan nanti akan gue review setelah lulus semester 2.

"Lalu tadi lo bilang ada hasilnya dari semseter 1, Bon. Apaan tuh?"

Pertanyaan yang bagus yang ditanyakan oleh hati kecil gue sendiri yang berperan sebagai pembaca blog ini. Jadi selain ilmu, pengelaman, nilai dan keterampilan. Hasil dari semester satu ini adalah sebuah produk. Yak sebuah produk dari penerbitan A.K.A buku. Di akhir semester kami diwajibkan membuat produk apakah itu majalah atau buku yang berbau kuliner. Dan akhirnya kelas gue memutuskan untuk membuat produk buku yang mebahas tempat kuliner di Depok.

Keren kan namanya? Bikin kita ndesah ndesah kelaparan. Jadi cara pengerjaan buku ini adalah, setiap anak wajib menulis satu artikel review tempat makan untuk dikumpulkan menjadi satu buku. Untuk layout bukunya, kelas gue punya tim sendiri. Thanks to Kharis, Ulfa, Irine, Rahmat, Santi dan Vivi yang udah ngegarap layout buku ini. Thanks juga buat Bu Hesti yang ngebimbing pengerjaan buku ini. Buku ini emang belum maksimal, karena kami yang semester 1 ini baru belajar sedikit sekali untuk membuat buku yang keren. Tapi kedepannya, kami akan buat karya yang lebih keren lagi. Tunggu aja karya kami berikutnya.

Oiya, di buku ini gue review tempat makan yang menurut gue cukup asyik, namanya Dino Steak & Pasta House. Mungkin gue akan menulis ulang review gue yang ada di buku ini dengan gaya tulisan yang lebih bebas di blog ini atau blog yang lain. Tunggu aja!

Thanks buat lo semua yang udah baca postingan kali ini. Ini sedikit gue kasih intip isi dari buku DEPOK FOODGASM!

Daftar isi

Cover review bagian gue

Tulisan gue di dalam buku. Ini doang.

Artikel lain. Bukan punya gue.

Quote tentang makanan di beberapa halaman

Tim Layout. Silahkan difollow IG mereka bagi yang berkenan.

Buat yang mau cari makanan enak di Depok tapi bingung, buku ini bisa jadi salah satu panduan. Ngehehe!

19 komentar

, by Abon

buku

Mengejar Cinta Nona (Part 2) : Kekuatan Sosial Media

Suasana langit ibu kota saat ini sedang murung. Menyembunyikan si matahari yang ceria. Baru jam 8 pagi. Tapi, keadaan seperti menjelang malam. Dino berdiri di depan kompor gas. Menyilangkan kedua tangan di dada. Bibirnya mengemut lintingan kertas berisi daun tembakau kering. Matanya tajam menatap teko berisi air yang sedang duduk di atas kobaran api.

"No, lo lagi ngapain??" Tanya Dika sambil memandangi Dino. Dino tetap diam. Raut wajahnya menunjukan dia sedang serius. "No!" Sentak Dika kesal.

Dino berbalik. Dengan sedikit memiringkan kepala dia memandang Dika yang dari tadi duduk di kursi makan tepat di belakang Dino. Dino berjalan perlahan ke arah sahabatnya itu. Lalu mendekatkan wajahnya ke muka Dika. Matanya dipicingkan serius memandang dagu Dika.

"Dik, jenggot lo ada yang putih satu." Katanya pelan.

"Eeee, buset! lo ngapain sih?? Helah!!" Bentak Dika kesal. Bahunya yang berotot mendorong wajah Dino menjauh dari dagunya. Rokok di bibir Dino terjatuh. Dino hanya tersenyum dan memungutnya lagi. 'Belum lima menit' gumamnya.

"TUUUUUTT...!!!" Teko berisi air yang dari tadi di tunggu oleh Dino berteriak nyaring, mengisi ruang udara di penjuru rumah. Dika segera mengangkatnya dari kompor. Matanya memandang setiap sudut dapur, mencari sesuatu.

"No, mana kopinya?" Tanya Dika. Teko ditangannya mengeluarkan uap panas dari ujungnya, sebuah tanda bahwa air di dalam nya mendidih. Dino ikut memandang ke setiap sudut dapur. Rasanya dia sudah menyiapkan 3 gelas berisi bubuk kopi. Tapi sekarang tidak ada.

"Perasaan tadi udah gue siapin deh. Bentar yak, gue siapin lagi." Kata Dino sambil berjalan mengambil gelas. 3 gelas sudah berjajar di atas meja makan, Dino memasukan setengah sendok makan gula ke setiap gelas. Wajahnya berubah kecewa saat dia melihat stoples yang seharusnya berisi bubuk kopi, dalam keadaan kosong di dalam lemari. "Dik, kopinya abis." Keluhnya lirih.

"hmm... gue lagi deh. Perasaan, gue jarang minum kopi." Gumam Dika sambil merogoh kantong celananya. "Yaudah nih!" Dua lembar lima ribuan diberikan kepada Dino.

Dibandingkan dengan dua penghuni rumah yang lain, Dika adalah penghuni yang paling tajir. Bapaknya seorang pengusaha sukses. Punya 3 bengkel plus salon mobil, beberapa restoran dan minimarket. Rumah yang mereka tempati pun adalah rumah milik bapaknya Dika. Dino merasa sangat beruntung memiliki sahabat seperti Dika dari SD hingga kuliah sekarang ini.

Dewa yang dari tadi sedang menulis lagu di ruang sebelah mendengar percakapan mereka, dia melongok-kan kepala di muka pintu dapur. "sst...ssst!! Lo mau ke warung ya No?" Tanya nya kepada Dino seperti sedang berbisik. Dino menngangguk. 'Yoi beli kopi' Jawab Dino sekenanya.

"Dik, Dik... dah lama nih gak makan gorengan. Mumpung pagi dan hawanya enak buat malesan, beli dong." Kata Dewa memohon kepada Dika. Dika yang memang lagi rindu akan makanan favoritnya itu tanpa berpikir panjang setuju dengan permintaan Dewa.

Udah 2 minggu lebih mereka gak makan gorengan, makanan favorit mereka. Setelah kejadian Dino bertemu dengan Nona hitam manis yang bagaikan bidadari dan sekaligus kehilangan jejaknya, Dino jadi sering ngelamun di rumah, sambil mengeluh soal tempe goreng sepanjang waktu. Karena, tempe goreng yang mempertemukan dia dengan si Nona. Tapi, tempe goreng yang baru saja matang jugalah yang memisahkan mereka. Dino gak tau, apakah dia harus balas budi atau balas dendam ke si tempe goreng ini. Kedua sahabatnya yang kasihan akhirnya memutuskan untuk tidak mengkonsumsi gorengan demi Dino. Namun, pagi ini 'libido' mereka terhadap gorengan sudah tidak mampu terbendung lagi.

Dino memandang kedua sahabatnya. Rokok yang dari tadi terselip di bibirnya dicabut. Jarinya memilin memainkan batang rokok itu. "Gaes, bukannya kita udah sepakat ya.. Gue gak tau susuk apa yang dia pake, Tapi gue ngerasa kayak udah kenal dia lama banget. Gue belum bisa move on kehilangan dia, Gaes." Ucap Dino lirih

"No, gini No..." Dewa berjalan menghampiri Dino. Dirangkul sahabatnya itu. Tangan kirinya menuntun jari Dino yang sedang memilin rokok ke arah bibir Dino. Sebuah korek dikeluarkan dari saku celana nya. 'cklik' suara korek yang sedang dipantik. Dewa mengarahkannya ke rokok yang sekarang sudah terselip kembali di bibir Dino. Asap keluar dari sela bibir Dino menghembus ke arah Dika, di depannya. "No, lo kapan mau move on. Lo belum jadian sama dia. Bahkan lo gak tau namanya, dan lo gak bisa move on?" Ucap Dewa lembut. Dika terkikik.

"No, gini aja deh..." Dika mengeluarkan selembar 20 ribu dan memberikannya pada Dino. Dino menerimanya dengan sedikit bingung. "Sekarang, lo beli kopi nya, sekalian nasi uduk 3 dan jangan lupa gorengannya. Dan gue mau tempe goreng." Muka Dino berubah kecewa memandang kedua sahabatnya itu.

"Udah... lo jalan aja! kami punya ide, biar lo gak jadi anti-gorengan gitu. Yang penting sekarang lo berangkat dulu sana." Kata Dewa sambil menepuk bahu Dino pelan, lalu mendorongnya keluar dari dapur.Dino gak bisa bantah lagi. Dia gak bisa memaksakan kehendak nya untuk terus menghindar dari tempe goreng.

Sendal swallow hijau menempel di telapak kaki Dino. Mengikuti dari bawah, kemana Dino melangkah. Asap putih masih terus berhembus dari sela bibirnya, terbang ke atas, ke arah awan hitam yang masih murung.

****

Dino meletakan kantong plastik transparan di meja makan, lalu dia mengambil 3 buah piring beserta sendok dan meletakannya di meja makan. Dia mengeluarkan satu persatu bungkusan nasi yang terikat oleh karet gelang itu dari kantong plastik, lalu meletakannya di atas masing-masing piring.

"Dik! Wa! Nasi uduknya nih!" Teriak Dino dari dalam dapur.

"Gorengannya kagak lupa kan? kalo lupa gue getok lo!" Ancam Dika yang baru saja memasuki dapur. Dewa mengikutinya dari belakang sambil memainkan smartphone-nya.

Sekarang mereka bertiga sudah duduk di kursi makan masing-masing, siap menikmati sarapan nasi uduk bersama. Dika membuka bungkusan nasi uduknya dengan mata berbinar, bibirnya tersenyum dengan sedikit suara decakan nafsu dari mulutnya. Dewa masih membiarkan nasi uduknya terbungkus. Dia masih berkonsentrasi dengan smartphone nya. Dino mulai memakan nasi uduknya, dengan sedikit ogah dan tidak nafsu, tapi dia lapar.

"Eh, iya..airnya angetin bentar dong Wa. kan tadi mau buat kopi." Minta Dika kepada Dewa.

Dewa segera beranjak mengambil teko yang sudah mulai dingin luarnya, lalu meletakannya di atas kompor lagi. Dika mengambil sepotong bakwan, dia memakannya dengan lahap. Terlihat bekas minyak diujung bibirnya. Sedangkan Dino, masih melahap sarapannya dengan gaya yang ogah ogahan.

"Ambil gorengannya No. Jangan diem aja dong." Kata Dika pada Dino yang dari tadi tidak menyentuh gorengan di meja. Dino hanya melirik Dika sesaat, tanpa berbicara apapun.

Dika melirik kearah Dewa yang masih asyik memainkan smartphone-nya di depan kompor, Lalu melirik Dino. Dika menghela nafas, gemas melihat Dino yang jadi anti-gorengan. Dika meletakan sendok, lalu melirik ke arah Dewa lagi. 'Wa!' ucapan pelan dari Dika dibarengi dengan tangan yang melambai menandakan ia ingin Dewa mendekatinya. Dewa berjalan mendekati Dika.

"Langsung foto sekarang aja." Ucap Dika pelan di kuping Dewa. Oke, itu jawaban dari Dewa.

Dewa segera mengobrak ngabrik kantong plastik yang penuh berisi gorengan. Mengeluarkan 2 potong tempe goreng yang masih hangat, lalu menyodorkannya kepada Dino. Dino terlihat bingung dengan apa yang dilakukan Dewa, tapi dia menerima 2 tempe goreng itu. Memegangnya dengan penuh tanya.

"No, liat sini...senyum!" Ucap Dewa tiba tiba yang langsung diikuti dengan pijaran flash dari smartphone-nya. Dino berkejip menerima serangan flash yang menyilaukan dan mendadak itu.

"Kita mau bantuin lo, No. Kita coba cari tau, siapa tuh si Nona hitam manis yang lo ceritain, lewat Sosial media yang kita punya. You know lah, Dewa kan cukup terkenal di sosmed, secara anak band banget, video maker juga." kata Dika kepada Dino yang masih bingung sambil memegang 2 potong tempe goreng.

'ting tut' sebuah notifikasi smartphone milik Dino. Dino mengeceknya, ada sebuah mention di twitter ternyata.

@DewaPutSut: Cinta memang aneh, karena sepotong tempe goreng ini, @Romadino tau kalau anjing ada yang homo. Dan dia juga ketemu Nona manis yang membuatnya jatuh cinta lalu galau hingga sekarang. pic.twitter.jkdj6846jfy

@DewaPutSut: Gaes, bantu gue nyari tau, siapa cewek yang suka tempe goreng dan punya sepasang anjing homo di rumahnya!! Untuk kesejahteraan gue dan @Romadino. CC: @SeputarAnakMuda @KomIndieBand @3DBand @VidMaker

Sebuah mention dari Dewa. Dino agak kaget saat membuka tweet pertamanya, karena terpampang foto dia saat memegang tempe goreng barusan. Matanya terpejam dengan mulut yang meringis kaget. Entah, Dino harus merespon bagaimana, karena gak berapa lama kemudian mention terus-terusan masuk. Mention dari teman dan penggemar dunia maya si Dewa.

Dewa dan Dika saling memandang dan tersenyum. Dino memandang kedua sahabatnya itu sambil ikut menyunggingkan senyum. 'makasih gaes' ucapnya pelan sambil mengigit tempe goreng. Ya, Akhirnya Dino makan gorengan lagi. Kedua sahabatnya tertawa melihat Dino.

"Nih, ambil yang banyak No!" Ucap Dika lantang sambil melempar dua potong bakwan ke piring Dino, yang langsung di gigitnya lahap.

***

Dua cangkir kopi yang terletak di meja sudah mulai dingin, tapi cangkir itu masih terlihat penuh. Dewa masih memainkan smartphone nya, membaca - baca mention yang masuk. Dino duduk tepat di samping Dewa ikut membaca mention mention itu.

"heh, ini kopi belum pada diminum yak. udah dingin tuh" Tegur Dika yang baru saja duduk tepat di sofa depan mereka. Tapi tak ada yang menggubris. Dika melenguh, lalu mengambil koran yang tergeletak di meja, membacanya.

"Coba yang itu tuh Wa."

"Yang ini?" Tanya Dewa kepada Dino yang langsung di-iyakan.

"@SintaPusPut: @DewaPutSut Anjing gue gak homo sih. Tapi temen gue homo, dan dia suka sama lo, Wa." Dewa geli, lalu menoyor Dino yang cekikikan disampingnya. 'Tapi dia cakep. Liat tuh ava-nya' ucap Dino, menggoda Dewa.

"@Isna48: @DewaPutSut Kalo bicarain soal pecinta tempe goreng saudara gue @HinataKP tuh rajanya. Dia juga punya anjing jantan 2. Kayaknya sih pasangan homo, soalnya suka ngendus pantat satu sama lain." Ini kali ya, Pikir si Dewa yang langsung menge-klik akun @Isna48, untuk melihat profilnya. Di ava twitternya Terlihat gadis manis sedang tersenyum dengan gigi nya yang berbehel. Dewa melirik Dino yang langsung menggeleng menandakan, 'Bukan dia Wa'.

"Coba akun saudaranya tuh" Pinta Dino kepada Dewa untuk melihat profil dari akun @HinataKP.

Dewa langsung membuka profil dari akun @HinataKP. Tweet terakhir dari akun @HinataKP adalah 2 minggu yang lalu, itu juga hanya shared link dari path nya dia. Tapi, shared Link ini membuat Dino terhentak, dia langsung merebut smartphone yang masih dipegang oleh Dewa. Dewa kaget melihat sahabatnya itu. Begitupun Dika yang sedang asyik membaca koran, dia teralihkan melihat tingkah Dino di depannya.

'At Jakarta Pets Festival' Begitu tulisan yang terbaca pada shared link dari path akun @HinataKP. Dino langsung menekan avatar twitter akun tersebut, untuk memperbesar gambarnya. Seorang Nona dengan rambut pendek sebahu, senyum nya manis, kulitnya pun hitam manis. Foto itu menggambarkan si Nona sedang memegang sebuah es krim cone, dengan es krim yang memucuk indah berwarna hijau. Berlatar sebuah tempat yang tidak asing bagi Dino, arena festival hewan peliharaan dua minggu lalu.

'INI DIA' wajah manis ini, bidadari ini. Dino menemukannya lagi.